BENTUK-BENTUK
HUBUNGAN SOSIAL
Disusun Oleh :
Sheila Devy Savitri
Disusun untuk memenuhi tugas
mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial
KATA
PENGANTAR
Segala puji syukur kami
panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi hidayah dan inayah-Nya pada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Serta tak lupa pula kami kami ucapkan
terima kasih pada Sutiyawati. selaku Guru mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial dan mengarahkan kami
dalam penulisan makalah yang berjudul Hubungan Sosial ini semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Makalah ini
disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada. Materi – materi
bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa dalam belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial. Serta siswa juga dapat memahami nilai – nilai dasar yang
direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.
Kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu penulis menerima
saran dan kritik yang membangun dari pembaca makalah ini.
Bangkalan, Februari 2014
` Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
1
KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
.........................................................4
B. Rumusan Masalah
...................................................................5
C.
Tujuan Pembahasan ................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Hubungan Sosial Disosiatif...............................6
B. Macam-macam Bentuk Proses
Disosiatif..........................6
C. Interaksi Berdasarkan
Hubungan.......................................11
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.........................................................................14
B.
Saran..................................................................................14
C. Kata
Penutup....................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia
membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh.
Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena
interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan
proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan
dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum
bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Hubungan sosial (sosialisasi)
merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial
dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan
sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi semakin
kompleks dan tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat
kompleks. Jadi, pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya
tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup
manusia. Belajar hidup bersosialisasi memerlukan
sekurangnya tiga proses berikut. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial.
Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku
yang dapat diterima dalam kelompok tersebut. Memainkan peran sosial yang dapat
diterima. Agar dapat diterima dalam kelompok selain dapat menyesuaikan perilaku
dengan standar kelompok, seseorang juga dituntut untuk memainkan peran
sosial dalam bentuk pola-pola kebiasaan yang telah disetujui dan ditentukan
oleh para anggota kelompok. Perkembangan sikap sosial. Untuk dapat bergaul
dalam masyarakat, seseorang juga harus menyukai orang atau terlibat dalam
aktivitas sosial tertentu. Jika anak dapat melakukannya dengan baik, maka ia
dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota
kelompok.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang
lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu
mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu
membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Dari hal-hal yang diuraikan di atas
maka kami membuat makalah dengan judul “Hubungan Sosial’’ sebagai tugas dari mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam
makalah ini adalah:
1.
Bagaimana pengertian dari Hubungan social Disosiatif…..?
2.
Ada berapakah Bentuk-bentuk Hubungan Social Disosiatif….?
3.
Dampak apakah yang disebabkan oleh bentuk-bentuk hubungan social
Disosiatif..?
4.
Bagaimana
Interaksi Berdasarkan Hubungan itu Terjadi….?
5.
Bagaimana
cirri-ciri dari bentuk-bentuk Interaksi Berdasarkan Hubungan…?
III. Tujuan
pembahasan
1.
Mengetahui lebih
dalam mengenai Hubungan Sosial Disosiatif
2.
Mengetahui
macam-macam bentuk Hubungan Social Disosiatif
3.
Mengetahui penyebab
terjadinya Persaingan,Kontravensi,Pertikaian,Konflik
4.
Mengetahui
dampak-dampak apa saja yang tertimbul dari
Persaingan,Kontravensi,pertikaian,Konflik
5.
Mengetahui lebih
dalam mengenai Interaksi Berdasarkan
Hubungan
6.
Mengetahui
macam-macam Interaksi Berdasarkan Hubungan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HUBUNGAN SOSIAL
DISOSIATIF
Interaksi
disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan suatu
perpecahan. Ada
beberapa bentuk proses sosial disosiatif, antara lain kontravensi, persaingan (competition),
dan pertentangan atau konflik.
Walaupun proses
sosial ini kurang mendorong terciptanya keteraturan sosial. Bahkan cenderung ke
arah oposisi yang berarti cara yang bententangan dengan seseorang ataupun
kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Walau demikian, ada juga manfaatnya
demi tercipta suatu keteraturan sosial. Proses disosiatif dapat dibedakan ke
dalam tiga bentuk sebagai berikut :
B. MACAM-MACAM BENTUK PROSES DISOSIATIF
1)
Persaingan
Persaingan
(Competition) merupakan suatu proses sosial ketika berbagai pihak saling
berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Persaingan terjadi
apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau
sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Contoh: persaingan 12 besar para
penyanyi dalam acara Akademi Fantasi Indonesia (AFI) yang disiarkan salah satu
stasiun televisi swasta. Persaingan dilakukan dengan norna dan nilai yang
diakui bersama. Sehingga kecil kemungkinan persaingan menggunakan kekerasan
atau ancaman. Dengan kata lain, persaingan dilakukan secaea sehat atau sportif.
Misalnya, dalam sepakbola dikenal istilah fair play. Hasil dari suatu
persaingan akan diterima dengan kepala dingin oleh berbagai pihak yang
bersaing, tanpa ada rasa dendam. Karena sejak awal, masing—masing pihak telah
menyadari akan ada yang menang dan kalah. Karena itu, persaingan sangat baik
bagi Anda untuk meningkatkan prestasi, misalnya untuk menjadi juara kelas.
Persaingan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
a.
Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut
dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
b.
Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama
yang menimbulkan konflik.
c.
Menyeleksi individu yang pantas memperoleh status dan peran yang sesuai
dengan kemampuannya.
2)
Kontravensi
Kontravensi
(contravension) merupakan proses sosial yang ditandai adanya ketidakpuasan,
ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan terhadap kepribadian
seseorang atau kelompok yang tidak diungkapkan secara terbuka. Kontravcnsi
adalah sikap menentang secara tersembunyi, agar tidak sampai terjadi
perselisihan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan
pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau
bisa juga dengan pendirian masyarakat. Perang dingin merupakan kontravensi
karena tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini, lawan
tidak diserang secara fisik, melainkan secara psikologis. Melawan
secara
psikologis merupakan hal yang tersembunyi (tidak terbuka).
Menurut Leopold von
Wiese dan Howard Becker, terdapat lima
bentuk kontravensi sebagai berikut :
a. Kontravensi
umum, contoh: penolakan, perlawanan, protes, gangguan, mengancam pihak lawan.
b. Kontravensi
sederhana, contoh: menyangkal pernyataan orang di depan umum, memaki melalui Surat selebaran, atau
mencerca.
c. Kontravensi
intensif, contoh: penghasutan, penyebaran desas-desus, memfitnah.
d. Kontravensi
rahasia, contoh: pembocoran rahasia, khianat, subversi.
e. Kontravensi
taktis, contoh: mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.
Akibat positif dari adanya kontravensi yang mengarah
pada terjadinya keteraturan sosial, antara lain:
a. Dalam
diskusi ilmiah misalnya pada suatu seminar-seminar tentang permasalahan
tertentu, biasanya perbedaan pendapat justru diharapkan untuk melihat
kelemahan-kelemahan suatu pendapat, sehinga dapat ditemukan pendapat atau
pilihan-pilihan yang lebih kuat sebagai jalan keluar suatu pemecahan masalah
yang di seminarkan tersebut.
b. Menambah
rasa memiliki/kesatuan yang kuat (solidaritas) dalam kelompok. Misalnya adanya
pertentangan antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya maka rasa persatuan
atau memiliki kelompok akan lebih kuat dari masing-masing anggotanya, bahkan
mereka merasa lebih erat dan siap berkorban demi kelompoknya untuk menghadapi
ancaman yang datang dari luar.
c. Mendorong
adanya perubahan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan sehingga memiliki sesuatu
yang lebih benar dan baik lagi.
3) Pertikaian
Pertikaian merupakan proses sosial bentuk
lanjut dari kontravensi. Sebab, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian
terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam
masyarakat. Semakin tajam perbedaan mengakibatkan amarah dan rasa benci yang
mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan atau menyerang pihak lain.
Pertikaian jelas sekali mengarah pada disintegrasi antar individu maupun
kelompok.
4) Konflik
Pertentangan atau konflik (conflict)
adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya
dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan. Pengertian
konflik yang paling sederhana adalah saling memukul (configere). Namun, konflik
tidak hanya berwujud pertentangan fisik semata. Dalam definisi yang lebih luas,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih, di
mana pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Sebagai proses sosial, konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan yang sulit didamaikan. Perbedaan tersebut
antara lain menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan
keyakinan. Konflik merupakan situasi wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan,
tidak ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik, entah dalam
cakupan kecil ataupun besar. Konflik dalam cakupan kecil misalnya konflik dalam
keluarga, sedangkan konflik dalam cakupan besar misalnya konflik antargolongan
atau antarkampung.
Beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya konflik adalah sebagai berikut :
a. Perbedaan
individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
b. Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula.
c. Perbedaan
kepentingan antara individu dan kelompok, diantaranya menyangkut bidang
ekonomi, politik, dan sosial.
d. Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Bentuk-bentuk
konflik adalah sebagai berikut :
- Pertentangan pribadi, yang terjadi antar individu yang ditandai dengan rasa saling benci terhadap pihak lawan.
- Pertentangan rasial, misalnya pertentangan antara ras kulit putih dengan ras negro/kulit hitam
- Pertentangan antarkelas sosial, misalnya konflik antara majikan dengan buruh
- Pertentangan politik, misalnya konflik antara pendukung partai politik dalam pemilu
- Pertentangan internasional, yang diakibatkan adanya perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian sampai pada persoalan kedaulatan Negara. Misalnya, lonflik antara kaum majikan dan buruh sering menimbulkan kasus hukum yang cukup pelik.
Beberapa akibat
dari pertentangan atau konflik yang bisa terjadi adalah sebagai berikut :
- Timbulnya solidaritas in-group.
- Goyahnya persatuan kelompok, jika konflik terjadi di dalam tubuh sebuah kelompok
- Perubahan kepribadian individu yang mengalami konflik
- Hancurnya harta benda atau korban manusia
- Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
upaya yang
dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi konflik, antara lain
sebagai berikut :
- Kompromi, yaitu kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka saling memberi dan menerima kebijakan tertentu tanpa adanya paksaan
- Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendirian masing-masing pihak.
- Konversi, yaitu salah pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain
- Coercion, yaitu penyelesaian konflik melalui suatu proses yang dipaksakan
- Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan menggunakan pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penasehat
- Arbitrase, yaitu penyelesaian konflik melalui pihak ketiga (Lembaga Arbitrase) yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai
- Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu perundingan agar diperoleh suatu persetujuan bersama.
- Ajudikasi, yaitu penyelesaian konflik di pengadilan
- Segresi, yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan menghilangkan konflik.
- Gencatan senjata, yaitu penangguhan konflik untuk jangka waktu tertentu sambil mengupayakan terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian konflik
Konflik kadang-kadang diperlukan dalam suatu kelompok atau organisasi
sosial. Adanya pertentangan dalam suatu kelompok atau organisasi sosial
merupakan hal biasa. Apabila dari pertentangan tersebut dapat dihasilkan
kesepakatan, maka akan terwujud integrasi yang lebih erat dari sebelumnya.
Konfiik juga akan membawa akibat positif asalkan masalah yang dipertentangkan
dan kalangan yang bertentangan memang konstruktif. Artinya, konflik itu
sama-sama dilandasi kepentingan menjadikan masyarakat lebih baik. Contoh:
Konflik mengenai kebebasan informasi. Kalangan yang satu menghendaki bebasnya
informasi, dengan alasan melatih masyarakat untuk menyaring informasi secara
mandiri. Kalangan yang lain manghandaki adanya lembaga sensor karena khawatir
adanya informasi yang tidak mendidik. Kedua kalangan sama-sama menginginkan
masyarakat yang semakin berkualitas.
INTERAKSI
BERDASARKAN HUBUNGAN
Dalam realitas kehidupan manusia, interaksi antarindividu, antarkelompok
maupun individu dengan kelompok senantiasa berorientasi pada pemenuhan sebagai kebutuhan
pokok individu tersebut dalam masyarakat. Disamping bentuk interaksi asosiatif
atau disosiatif seperti yang telah diuraikan tersebut, interaksi sosial bisa
juga dibedakan dengan empat sifat hubungan berikut ini.
- Hubungan Antar Status
Hubungan antar status adalah hubungan antara dua pihak dalam masyarakat
yang berbeda dalam suatu lingkungan organisasi yang bersifat formal sehingga
masing-masing pihak di dalam melakukan interaksinya didasarkan pada status
masing-masing. Contoh, hubungan antara atasan dengan bawahan didalam
kedinasan militer, juga hubungan antara ketua, sekretaris, bendahara dan
anggota dalam suatu organisasi.
Hubungan-hubungan yang terjadi pada konteks tersebut senantiasa berpijak
pada status mereka masing-masing seolah-olah didasarkan pada struktur
organisasi yang ada, yaitu bahwa seorang staf harus mempertanggungjawabkan
pekerjaannya pada atasannya, walaupun atasannya relatife lebih muda ataupun
lebih sedikit pengalamannya.
Ciri-ciri hubungan antar status :
- Masing-masing pihak berpijak pada statusnya
- Bentuk hubungan tersebut didasarkan pada aturan yang berlaku
- Toleransi bersifat terbatas
- Bentuk-bentuk hubungan lebih bersifat formal
- Ada sanksi yang diberlakukan kepada interaksi yang menyimpang dari ketentuan yang ada.
- Hubungan Antarkepentingan
Hubungan antarkepentingan adalah hubungan antar pihak didalam masyarakat
yang berorientasi pada terpenuhinya kepentingan dari masing-masing pihak. Dalam
hubungan antarkepentingan ini, masing-masing pihak saling memberikan
solidaritasnya untuk mendukung terciptanya suatu jalinan yang harmonis sehingga
kepentingan-kepentingan tersebut dapat tercapai dengan baik. Contohnya,
kerjasama antar pihak yang memiliki kepentingan yang sama.
Ciri-ciri hubungan antar kepentingan, antara lain adalah sebagai berikut
:
- Masing-masing pihak berpijak pada kepentingan masing-masing
- Bentuk hubungan cendrung bersifat formal
- Didasarkan pada norma-norma tertentu yang telah disepakati
- Solidaritas relatife lebih tinggi
- masing-masing pihak mempunyai interest dan kepentingan yang sama
- Hubungan Kekeluargaan
yang dimagsud hubungan antar kekeluargaan adalah hubungan yang terjadi
antar pihak dimana masing-masing masih mempunyai hubungan darah. Pada hubungan
ini, solidaritas antaranggota relatife lebih tinggi dan bentuk hubungan lebih
bersifat nonformal.
Ciri-ciri hubungan kekeluargaan adalah sebagai berikut :
- Masing-masing pihak masih ada ikatan darah/kekerabatan
- Hubungan bersifat nonformal
- Solidaritas sangat tinggi
- Setiap interaksi tidak didasarkan pada peraturan yang berlaku
- Masing-masing pihak saling memanjakan
d.
Hubungan Persahabatan
Yang dimagsud dengan hubungan persahabatan adalah hubungan antara dua
atau lebih pihak dimana masing-masing sangat mendambakan adanya komunikasi yang
saling menguntungkan untuk menjalin suatu hubungan yang sedemikian dekat atau
keakraban. Sebagai contohnya adalah hubungan dua orang sahabat atau teman karib
yang memiliki kesamaan hobi.
Ciri-ciri hubungan persahabatan adalah sebagai berikut :
- Bentuk hubungan dapat bersifat formal atau nonformal
- Masing-masing pihak saling mengupayakan agar hubungan tetap harmonis
- Solidaritas sosial tinggi.
Dari adanya bentuk-bentuk hubungan tersebut mendorong terciptanya
lembaga-lembaga sosial. Baik lembaga formal maupun nonformal serta mendorong
terbentuknya kelompok-kelompok dengan kepentingan tertentu serta
organisasi-organisasi sosial untuk mengurus berbagai pemenuhan kebutuhan
masyarakat itu sendiri. Hubungan dan interaksi yang melibatkan banyak orang
semakin besar peluangnya untuk terciptanya kelompok, lembaga atau organisasi
sosial.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
v Kesimpulan
Ø Interaksi sosial adalah
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara
orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang
perorangan dengan kelompok manusia.
Ø Syarat-syarat terjadinya
interaksi soisial adalah dengan adanya kontak sosial dan komunikasi.
Ø Bentuk-bentuk interaksi
sosial meliputi proses asosiatif (kerja sama, akomodasi, dan asimilasi) dan
disosiatif (persaingan, kontravensi, dan pertentangan).
v Saran
Saya menyarankan bahwa dengan terjadinya hubungan sosial
ditengah-tengah kalangan masyarakat, yang saling memengaruhi antara individu
dengan individu lain maupun kelompok dengan kelompok.
Hubungan sosial sangat penting, karena dalam kehidupan
manusia, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Banyak faktor yang mendorong terjadinya hubungan sosial, dari
dalam maupun dari luar diri seseorang. Oleh karena itu, kita belajar menjalin
hubungan yang erat dengan sesame memperbanyak komunikasi dengan sesama.
v Kata Penutup
Sekian makalah yang bias saya buat mohon maaf bila ada
kesalahan dan kekurangan dalam membuat makalah ini. Mudah-mudahan bisa
bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan banyak terima kasih.
Slots by Casino | Mapyro
BalasHapusSlots by 당진 출장샵 CasinoCityMapYRO. Find Casinos near 광명 출장샵 you in MI, CO, WV, IN, MI, 안양 출장마사지 TN, VA, WV, WY 충청남도 출장샵 and 제주 출장마사지 other places to play, 1, Las Vegas Hotel & Casino,