Selasa, 17 Maret 2015

Makalah Bentu-bentuk Sosial

MAKALAHBENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL





Disusun Oleh :
Sheila Devy Savitri


Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial

KATA
PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberi hidayah dan inayah-Nya pada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan  lancar. Serta tak lupa pula kami kami ucapkan terima kasih pada Sutiyawati. selaku Guru mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial dan  mengarahkan kami dalam penulisan makalah yang berjudul Hubungan Sosial ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada. Materi – materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Serta siswa juga dapat memahami nilai – nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan maka dari itu penulis menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca makalah ini.



Bangkalan, Februari 2014
                                                         


`                                                                                              Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................. 1
KATA PENGANTAR..............................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah .........................................................4
B.     Rumusan Masalah ...................................................................5
            C.       Tujuan Pembahasan ................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Hubungan Sosial Disosiatif...............................6
B. Macam-macam Bentuk Proses Disosiatif..........................6
C. Interaksi Berdasarkan Hubungan.......................................11
BAB III PENUTUP
                  A. Kesimpulan.........................................................................14
                  B. Saran..................................................................................14
                   C. Kata Penutup....................................................................14








                                                 BAB I
PENDAHULUAN

I.                  Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya, pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan mempelajari perkembangan hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi semakin kompleks dan tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks.  Jadi, pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia. Belajar hidup bersosialisasi memerlukan sekurangnya tiga proses berikut. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial. Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi para anggotanya tentang perilaku yang dapat diterima dalam kelompok tersebut. Memainkan peran sosial yang dapat diterima. Agar dapat diterima dalam kelompok selain dapat menyesuaikan perilaku dengan standar kelompok, seseorang juga dituntut  untuk memainkan peran sosial dalam bentuk pola-pola kebiasaan yang telah disetujui dan ditentukan oleh para anggota kelompok. Perkembangan sikap sosial. Untuk dapat bergaul dalam masyarakat, seseorang juga harus menyukai orang atau terlibat dalam aktivitas sosial tertentu. Jika anak dapat melakukannya dengan baik, maka ia dapat melakukan penyesuaian sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Dari hal-hal yang diuraikan di atas maka kami membuat makalah dengan judul “Hubungan Sosial’’ sebagai tugas dari mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial.





II. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.                  Bagaimana pengertian dari Hubungan social Disosiatif…..?
2.                  Ada berapakah Bentuk-bentuk Hubungan Social Disosiatif….?
3.                  Dampak apakah yang disebabkan oleh bentuk-bentuk hubungan social Disosiatif..?
4.                  Bagaimana Interaksi Berdasarkan Hubungan itu Terjadi….?
5.                  Bagaimana cirri-ciri dari bentuk-bentuk Interaksi Berdasarkan Hubungan…?


III. Tujuan pembahasan
1.                 Mengetahui lebih dalam mengenai Hubungan Sosial Disosiatif
2.                 Mengetahui macam-macam bentuk Hubungan Social Disosiatif
3.                 Mengetahui penyebab terjadinya Persaingan,Kontravensi,Pertikaian,Konflik
4.                 Mengetahui dampak-dampak apa saja yang tertimbul dari Persaingan,Kontravensi,pertikaian,Konflik
5.                 Mengetahui lebih dalam  mengenai Interaksi Berdasarkan Hubungan
6.                 Mengetahui macam-macam Interaksi Berdasarkan Hubungan






BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN HUBUNGAN SOSIAL DISOSIATIF
Interaksi disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan suatu perpecahan. Ada beberapa bentuk proses sosial disosiatif, antara lain kontravensi, persaingan (competition), dan pertentangan atau konflik.
Walaupun proses sosial ini kurang mendorong terciptanya keteraturan sosial. Bahkan cenderung ke arah oposisi yang berarti cara yang bententangan dengan seseorang ataupun kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Walau demikian, ada juga manfaatnya demi tercipta suatu keteraturan sosial. Proses disosiatif dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk sebagai berikut :

B. MACAM-MACAM BENTUK PROSES DISOSIATIF
1)      Persaingan
Persaingan (Competition) merupakan suatu proses sosial ketika berbagai pihak saling berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Persaingan terjadi apabila beberapa pihak menginginkan sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian umum. Contoh: persaingan 12 besar para penyanyi dalam acara Akademi Fantasi Indonesia (AFI) yang disiarkan salah satu stasiun televisi swasta. Persaingan dilakukan dengan norna dan nilai yang diakui bersama. Sehingga kecil kemungkinan persaingan menggunakan kekerasan atau ancaman. Dengan kata lain, persaingan dilakukan secaea sehat atau sportif. Misalnya, dalam sepakbola dikenal istilah fair play. Hasil dari suatu persaingan akan diterima dengan kepala dingin oleh berbagai pihak yang bersaing, tanpa ada rasa dendam. Karena sejak awal, masing—masing pihak telah menyadari akan ada yang menang dan kalah. Karena itu, persaingan sangat baik bagi Anda untuk meningkatkan prestasi, misalnya untuk menjadi juara kelas. Persaingan memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :
a.       Menyalurkan keinginan individu atau kelompok yang sama-sama menuntut dipenuhi, padahal sulit dipenuhi semuanya secara serentak.
b.      Menyalurkan kepentingan serta nilai-nilai dalam masyarakat, terutama yang menimbulkan konflik.
c.       Menyeleksi individu yang pantas memperoleh status dan peran yang sesuai dengan kemampuannya.

2)      Kontravensi
Kontravensi (contravension) merupakan proses sosial yang ditandai adanya ketidakpuasan, ketidakpastian, keraguan, penolakan, dan penyangkalan terhadap kepribadian seseorang atau kelompok yang tidak diungkapkan secara terbuka. Kontravcnsi adalah sikap menentang secara tersembunyi, agar tidak sampai terjadi perselisihan secara terbuka. Penyebab kontravensi antara lain perbedaan pendirian antara kalangan tertentu dengan kalangan lain dalam masyarakat, atau bisa juga dengan pendirian masyarakat. Perang dingin merupakan kontravensi karena tujuannya membuat lawan tidak tenang atau resah. Dalam hal ini, lawan tidak diserang secara fisik, melainkan secara psikologis. Melawan
secara psikologis merupakan hal yang tersembunyi (tidak terbuka).
Menurut Leopold von Wiese dan Howard Becker, terdapat lima bentuk kontravensi sebagai berikut :
a.       Kontravensi umum, contoh: penolakan, perlawanan, protes, gangguan, mengancam pihak lawan.
b.      Kontravensi sederhana, contoh: menyangkal pernyataan orang di depan umum, memaki melalui Surat selebaran, atau mencerca.
c.       Kontravensi intensif, contoh: penghasutan, penyebaran desas-desus, memfitnah.
d.      Kontravensi rahasia, contoh: pembocoran rahasia, khianat, subversi.
e.       Kontravensi taktis, contoh: mengejutkan pihak lawan, provokasi, dan intimidasi.

Akibat positif dari adanya kontravensi yang mengarah pada terjadinya keteraturan sosial, antara lain:
a.       Dalam diskusi ilmiah misalnya pada suatu seminar-seminar tentang permasalahan tertentu, biasanya perbedaan pendapat justru diharapkan untuk melihat kelemahan-kelemahan suatu pendapat, sehinga dapat ditemukan pendapat atau pilihan-pilihan yang lebih kuat sebagai jalan keluar suatu pemecahan masalah yang di seminarkan tersebut.
b.      Menambah rasa memiliki/kesatuan yang kuat (solidaritas) dalam kelompok. Misalnya adanya pertentangan antara suatu kelompok dengan kelompok lainnya maka rasa persatuan atau memiliki kelompok akan lebih kuat dari masing-masing anggotanya, bahkan mereka merasa lebih erat dan siap berkorban demi kelompoknya untuk menghadapi ancaman yang datang dari luar.
c.       Mendorong adanya perubahan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan sehingga memiliki sesuatu yang lebih benar dan baik lagi.

3)      Pertikaian
Pertikaian merupakan proses sosial bentuk lanjut dari kontravensi. Sebab, perselisihan sudah bersifat terbuka. Pertikaian terjadi karena semakin tajamnya perbedaan antara kalangan tertentu dalam masyarakat. Semakin tajam perbedaan mengakibatkan amarah dan rasa benci yang mendorong tindakan untuk melukai, menghancurkan atau menyerang pihak lain. Pertikaian jelas sekali mengarah pada disintegrasi antar individu maupun kelompok.
 

4)      Konflik
Pertentangan atau konflik (conflict) adalah suatu perjuangan individu atau kelompok sosial untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai ancaman dan kekerasan. Pengertian konflik yang paling sederhana adalah saling memukul (configere). Namun, konflik tidak hanya berwujud pertentangan fisik semata. Dalam definisi yang lebih luas, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua pihak atau lebih, di mana pihak yang satu berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.

Sebagai proses sosial, konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan yang sulit didamaikan. Perbedaan tersebut antara lain menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, dan keyakinan. Konflik merupakan situasi wajar dalam setiap masyarakat. Bahkan, tidak ada satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik, entah dalam cakupan kecil ataupun besar. Konflik dalam cakupan kecil misalnya konflik dalam keluarga, sedangkan konflik dalam cakupan besar misalnya konflik antargolongan atau antarkampung.
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya konflik adalah sebagai berikut :
a.       Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
b.      Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda pula.
c.       Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, diantaranya menyangkut bidang ekonomi, politik, dan sosial.
d.      Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.

Bentuk-bentuk konflik adalah sebagai berikut :
  1. Pertentangan pribadi, yang terjadi antar individu yang ditandai dengan rasa saling benci terhadap pihak lawan.
  2. Pertentangan rasial, misalnya pertentangan antara ras kulit putih dengan ras negro/kulit hitam
  3. Pertentangan antarkelas sosial, misalnya konflik antara majikan dengan buruh
  4. Pertentangan politik, misalnya konflik antara pendukung partai politik dalam pemilu
  5. Pertentangan internasional, yang diakibatkan adanya perbedaan-perbedaan kepentingan yang kemudian sampai pada persoalan kedaulatan Negara. Misalnya, lonflik antara kaum majikan dan buruh sering menimbulkan kasus hukum yang cukup pelik.
Beberapa akibat dari pertentangan atau konflik yang bisa terjadi adalah sebagai berikut :
  1. Timbulnya solidaritas in-group.
  2. Goyahnya persatuan kelompok, jika konflik terjadi di dalam tubuh sebuah kelompok
  3. Perubahan kepribadian individu yang mengalami konflik
  4. Hancurnya harta benda atau korban manusia
  5. Akomodasi, dominasi, dan takluknya salah satu pihak
upaya yang dilakukan untuk mengurangi atau memperbaiki situasi konflik, antara lain sebagai berikut :
  1. Kompromi, yaitu kedua belah pihak yang bertikai saling mengalah. Mereka saling memberi dan menerima kebijakan tertentu tanpa adanya paksaan
  2. Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendirian masing-masing pihak.
  3. Konversi, yaitu salah pihak bersedia mengalah dan mau menerima pendirian pihak lain
  4. Coercion, yaitu penyelesaian konflik melalui suatu proses yang dipaksakan
  5. Mediasi, yaitu penyelesaian suatu konflik dengan menggunakan pihak ketiga yang netral dan berfungsi sebagai penasehat
  6. Arbitrase, yaitu penyelesaian konflik melalui pihak ketiga (Lembaga Arbitrase) yang dipilih oleh kedua belah pihak yang bertikai
  7. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai dalam suatu perundingan agar diperoleh suatu persetujuan bersama.
  8. Ajudikasi, yaitu penyelesaian konflik di pengadilan
  9. Segresi, yaitu upaya untuk saling memisahkan diri dan saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertikai dalam rangka mengurangi ketegangan dan menghilangkan konflik.
  10. Gencatan senjata, yaitu penangguhan konflik untuk jangka waktu tertentu sambil mengupayakan terselenggaranya upaya-upaya penyelesaian konflik

Konflik kadang-kadang diperlukan dalam suatu kelompok atau organisasi sosial. Adanya pertentangan dalam suatu kelompok atau organisasi sosial merupakan hal biasa. Apabila dari pertentangan tersebut dapat dihasilkan kesepakatan, maka akan terwujud integrasi yang lebih erat dari sebelumnya. Konfiik juga akan membawa akibat positif asalkan masalah yang dipertentangkan dan kalangan yang bertentangan memang konstruktif. Artinya, konflik itu sama-sama dilandasi kepentingan menjadikan masyarakat lebih baik. Contoh: Konflik mengenai kebebasan informasi. Kalangan yang satu menghendaki bebasnya informasi, dengan alasan melatih masyarakat untuk menyaring informasi secara mandiri. Kalangan yang lain manghandaki adanya lembaga sensor karena khawatir adanya informasi yang tidak mendidik. Kedua kalangan sama-sama menginginkan masyarakat yang semakin berkualitas.

INTERAKSI BERDASARKAN HUBUNGAN
Dalam realitas kehidupan manusia, interaksi antarindividu, antarkelompok maupun individu dengan kelompok senantiasa berorientasi pada pemenuhan sebagai kebutuhan pokok individu tersebut dalam masyarakat. Disamping bentuk interaksi asosiatif atau disosiatif seperti yang telah diuraikan tersebut, interaksi sosial bisa juga dibedakan dengan empat sifat hubungan berikut ini.
  1. Hubungan Antar Status
Hubungan antar status adalah hubungan antara dua pihak dalam masyarakat yang berbeda dalam suatu lingkungan organisasi yang bersifat formal sehingga masing-masing pihak di dalam melakukan interaksinya didasarkan pada status masing-masing. Contoh, hubungan antara atasan dengan bawahan didalam kedinasan militer, juga hubungan antara ketua, sekretaris, bendahara dan anggota dalam suatu organisasi.
Hubungan-hubungan yang terjadi pada konteks tersebut senantiasa berpijak pada status mereka masing-masing seolah-olah didasarkan pada struktur organisasi yang ada, yaitu bahwa seorang staf harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya pada atasannya, walaupun atasannya relatife lebih muda ataupun lebih sedikit pengalamannya.
Ciri-ciri hubungan antar status :
  1. Masing-masing pihak berpijak pada statusnya
  2. Bentuk hubungan tersebut didasarkan pada aturan yang berlaku
  3. Toleransi bersifat terbatas
  4. Bentuk-bentuk hubungan lebih bersifat formal
  5. Ada sanksi yang diberlakukan kepada interaksi yang menyimpang dari ketentuan yang ada.
  1.  Hubungan Antarkepentingan
Hubungan antarkepentingan adalah hubungan antar pihak didalam masyarakat yang berorientasi pada terpenuhinya kepentingan dari masing-masing pihak. Dalam hubungan antarkepentingan ini, masing-masing pihak saling memberikan solidaritasnya untuk mendukung terciptanya suatu jalinan yang harmonis sehingga kepentingan-kepentingan tersebut dapat tercapai dengan baik. Contohnya, kerjasama antar pihak yang memiliki kepentingan yang sama.
Ciri-ciri hubungan antar kepentingan, antara lain adalah sebagai berikut :
  1. Masing-masing pihak berpijak pada kepentingan masing-masing
  2. Bentuk hubungan cendrung bersifat formal
  3. Didasarkan pada norma-norma tertentu yang telah disepakati
  4. Solidaritas relatife lebih tinggi
  5. masing-masing pihak mempunyai interest dan kepentingan yang sama
  1. Hubungan Kekeluargaan
yang dimagsud hubungan antar kekeluargaan adalah hubungan yang terjadi antar pihak dimana masing-masing masih mempunyai hubungan darah. Pada hubungan ini, solidaritas antaranggota relatife lebih tinggi dan bentuk hubungan lebih bersifat nonformal.
Ciri-ciri hubungan kekeluargaan adalah sebagai berikut :
  1. Masing-masing pihak masih ada ikatan darah/kekerabatan
  2. Hubungan bersifat nonformal
  3. Solidaritas sangat tinggi
  4. Setiap interaksi tidak didasarkan pada peraturan yang berlaku
  5. Masing-masing pihak saling memanjakan
d. Hubungan Persahabatan
Yang dimagsud dengan hubungan persahabatan adalah hubungan antara dua atau lebih pihak dimana masing-masing sangat mendambakan adanya komunikasi yang saling menguntungkan untuk menjalin suatu hubungan yang sedemikian dekat atau keakraban. Sebagai contohnya adalah hubungan dua orang sahabat atau teman karib yang memiliki kesamaan hobi.
Ciri-ciri hubungan persahabatan adalah sebagai berikut :
  1. Bentuk hubungan dapat bersifat formal atau nonformal
  2. Masing-masing pihak saling mengupayakan agar hubungan tetap harmonis
  3. Solidaritas sosial tinggi.
Dari adanya bentuk-bentuk hubungan tersebut mendorong terciptanya lembaga-lembaga sosial. Baik lembaga formal maupun nonformal serta mendorong terbentuknya kelompok-kelompok dengan kepentingan tertentu serta organisasi-organisasi sosial untuk mengurus berbagai pemenuhan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Hubungan dan interaksi yang melibatkan banyak orang semakin besar peluangnya untuk terciptanya kelompok, lembaga atau organisasi sosial.









BAB III
PENUTUP
v  Kesimpulan
Ø  Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Ø  Syarat-syarat terjadinya interaksi soisial adalah dengan adanya kontak sosial dan komunikasi.
Ø  Bentuk-bentuk interaksi sosial meliputi proses asosiatif (kerja sama, akomodasi, dan asimilasi) dan disosiatif (persaingan, kontravensi, dan pertentangan).

v  Saran
Saya menyarankan bahwa dengan terjadinya hubungan sosial ditengah-tengah kalangan masyarakat, yang saling memengaruhi antara individu dengan individu lain maupun kelompok dengan kelompok.
Hubungan sosial sangat penting, karena dalam kehidupan manusia, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Banyak faktor yang mendorong terjadinya hubungan sosial, dari dalam maupun dari luar diri seseorang. Oleh karena itu, kita belajar menjalin hubungan yang erat dengan sesame memperbanyak komunikasi dengan sesama.

v  Kata Penutup
Sekian makalah yang bias saya buat mohon maaf bila ada kesalahan dan kekurangan dalam membuat makalah ini. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan banyak terima kasih.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar